Etos Kerja Dalam Pandangan Islam

Oleh Asep Setiawan

I. Pendahuluan

Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang.

Idealnya, semakin tinggi iman itu maka semangat kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya dengan hal-hal spiritual tetapi juga program aksi.

Artikel ini sendiri akan melihat pertama, kerja sebagai manifestasi program mewujudkan tujuan hidup di muka bumi yakni mencari Ridha Allah dengan mewujudkan diri sebagai khalifah di muka bumi. Kedua, karakteristik pekerjaan di masa datang yang diperlukan umat Islam.

II. Manifestasi Mencari Ridha Allah

Sebenarnya umat Islam termasuk beruntung karena semua pedoman dan panduan sudah terkodifikasi. Kini tinggal bagaiman menterjemahkan dan mengapresiasikannya dalam kegiatan harian, mingguan dan bulanan. Jika kita pandang dari sudut bahwa tujuan hidup itu mencari Ridha Allah SWT maka apapun yang dikerjakannya, apakah di rumah, di kantor, di ruang kelas, di perpustakaan, di ruang penelitian ataupun dalam kegiatan kemasyarakatan, takkan lepas dari kerangka tersebut.

Artinya, setiap pekerjaan yang kita lakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam kerangka pencapaian Ridha Allah. Cara melihat seperti ini akan memberi dampak, misalnya, dalam kesungguhan menghadapi pekerjaan. Jika seseorang sudah meyakini bahwa Allah SWT sebagai tujuan akhir hidupnya maka apa yang dilakukannya di dunia tak dijalankan dengan sembarangan. Ia akan mencari kesempurnaan dalam mendekati kepada Al Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan inderawi yang berada pada dirinya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupannya. Ini bisa berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi dirinya bekerja tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada Yang Maha Suci. Lebih seksama lagi, ia akan bekerja – dalam bahasa populernya – secara profesional.

Apa sebenarnya profesional itu ? Dalam khasanah Islam mungkin bisa dikaitkan dengan padanan kata ihsan. Setiap manusia, seperti diungkapkan Al Qur’an, diperintahkan untuk berbuat ihsan agar dicintai Allah. Kata Ihsan sendiri merupakan salah satu pilar disamping kata Iman dan Islam. Dalam pengertian yang sederhana, ihsan berarti kita beribadah kepada Allah seolah-olah Ia melihat kita. Jikalau kita memang tidak bisa melihat-Nya, tetapi pada kenyataannya Allah menyaksikan setiap perbuatan dan desir kalbu kita. Ihsan adalah perbuatan baik dalam pengertian sebaik mungkin atau secara optimal. Hal itu tercermin dalam Hadis Riwayat Muslim yang menuturkan sabda Rasulullah SAW : Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu. Karena itu jika kamu membunuh, maka berihsanlah dalam membunuh itu dan jika kamu menyembelih, maka berihsanlan dalam menyembelih itu dan hendaknya seseorang menajamkan pisaunya dan menenangkan binatang sembelihannya itu.

Menurut Nurcholis Madjid, dari konteks hadis itu dapat disimpulkan bahwa ihsan berarti optimalisasi hasil kerja dengan jalan melakukan pekerjaan itu sebaik mungkin, bahkan sesempurna mungkin. “Penajaman pisau untuk menyembelih” itu merupakan isyarat efisiensi dan daya guna yang setinggi-tingginya. Allah sendiri mewajibkan ihsan atas segala sesuatu seperti tercermin dalam Al Qur’an. Yang membuat baik, sebaik-baiknya segala sesuatu yang diciptakan-Nya. (32:7). Selanjutnya Allah juga menyatakan telah melakukan ihsan kepada manusia, kemudian agar manusia pun melakukan ihsan. Dan carilah apa yang dianugerahkan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dunia, dan berbuat ihsanlah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat ihsan kepadamu , dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (28:77).

Dari keterangan hadis dan uraian Al Qur’an jelaslah bahwa setiap Muslim harus menjadi seorang pekerja yang profesional. Dengan demikian ia melaksanakan salah satu perintah Allah untuk berbuat ihsan dan juga mensyukuri karunia Allah berupa kekuatan akal dan fisiknya yang diberikan sebagai bekal dalam bekerja. Mengabaikan potensi akal dan fisik ini atau tidak “menajamkannya” bisa bermakna tidak mensyukuri nikmat dan karunia Ilahi Rabbi.

III. Karakteristik pekerjaan mendatang

Berbagai trend telah memperlihatkan bahwa bentuk pekerjaan mendatang tak hanya mengandalkan fisik tetapi juga otak. Al Qur’an dalam berbagai ayat sudah mengajak manusia untuk berpikir, membandingkan dan menggunakan akal dalam menghayati kehidupan dan mengarungi samudera kehidupan. Peter Drucker, salah seorang pakar manajemen, tahun 1960-an sudah memperingatkan akan datangnya “Knowledge Society”.

Dalam masyarakat jenis ini banyak bentuk kegiatan ekonomi dan pekerjaan dilakukan berdasarkan kepadatan pengetahuan. Ia memberi contoh mengetik. Dulua dengan memencet tuts orang bisa membuat kalimat, tetapi sekarang dengan adanya komputer sebelum memencet tuts harus dimiliki serangkaian pengetahuan cara bekerja perangkat lunaknya.

Pakar manajemen lainnya seperti Charles Handy, Michael Hammer atau Gary Hamel ataupun futurolog seperti John Naisbit dan Alvin Tovler sudah meramalkan jauh-jauh hari akan datangnya jenis pekerjaan otak ini. Dalam ungkapan Handy, aset sebuah organisasi tidak lagi terletak pada properti atau benda-benda fisik lainnya tetapi pada sumber daya manusia. Dan inti dari sumber daya manusia itupun adalah otaknya.

Sebenarnya kalau kita cermat, Al Quran sudah mengisyaratkan akan lahirnya masyarakat pengetahuan itu dengan ungkapan di ayat pertama, Iqra. Hanya tinggal manifestasi saja bagaimana Iqra itu menjadi jalan kehidupan umat Islam, bukan sebagai jargon yang yang dilafalkan.Membumikan istilah Iqra itulah merupakan tantangan umat Islam sehingga tidak ketinggalan dalam budaya masyarakat pengetahuan.

Mengutip istilah Deputi PM Anwar Ibrahim, umat Islam itu harus mampu menyumbangkan bagi peradaban yang hidup di dunia, sejajar dengan peradaban lainnya. Dengan demikian etos kerja harus merupakan bagian dari tradisi umat Islam, bukan tradisi masyarakat lain.

IV. Kesimpulan

Seruan akan etos kerja dalam Islam sebenarnya sudah banyak diungkapkan brebagai ayat Al Quran atau diuraikan hadis. Kini saatnya menyadari makna al ihsan itu sehingga dari kesadaran yang berdasarkan pengetahuan itu akan lahir sebuah budaya yang melihat pekerjaan sebagai manifestasi pengabdian kepada Allah SWT.

Daftar Pustaka

Al Quran dan Terjemahnya

Gibson, Rowan, Rethinking the Future. London, Nicholas Brealy Publishing, 1997.

Ibrahim, Anwar, The Asian Renaissance.Singapore, Times BookInternational, 1996.

Iqbal, Sheikh Mohd, Misi Islam.Jakarta, Penerbit Gunung Jati, 1982.

Madjid, Nurcholis, Islam: Doktrin dan Peradaban.Jakarta, YayasanWakaf Paramadina, 1999

Tentang Setiawan
Asep Setiawan is a lecturer and professional journalist.

24 Responses to Etos Kerja Dalam Pandangan Islam

  1. aan najib says:

    himpun semua ayat al-Qur’an ttg etos kerja, interpretasikan sesuai situasi, insyaAllah bangsa ini akan bangun dari krisis

  2. vieKa says:

    very good…

  3. ukh_mala says:

    Assalaamu’alaykum…
    gammbaran pribadi yang memiliki etos kerja seperti apa?
    af1 w syukrn jazilan..
    wassalam..

  4. rhe says:

    yup

    anda benar

    yehhhh….

  5. Tupai Jagoan says:

    terimakasih infonya juragan…

  6. Bagi yang ingin dibantu dan mau membantu orang lain, agar Etos Kerja yang kita miliki berkah dan diberkahi Alloh SWT. Cobalah tengok teknik Luarbiasa dari SEFT – Spiritual Emotional Freedom Technique – Cara cepat dan mudah mengatasi berbagai masalah fisik dan emosi, baik untuk diri sendiri maupun bantu orang lain. Ingin Coba GRATIS … Silahkan kunjungi Kampus LoGOS Institute – Jl. Jatiwaringin 24/Kavling K. Jakarta Timur. Setiap Minggu, jam 10:00 – 13:00 WIB Konfirmasikan kedatangan Anda Segera dengan SMS nama Anda di 0818991915 atau langsung datang ke tempat. Ingat, GRATIS … selama 4 jam pertemuan. Semoga informasi ini dapat membantu mereka yang ingin meningkatkan Etos Kerjanya dengan cara lebih baik dan benar. Wassalam. Endy Fatah Joesoef.
    http://LoGOSSEFT.BLOGSPOT.COM atau http://LoGOS.co.id

  7. Muhammad Hamzah Zubair says:

    ummat Islam adalah ummat terbaik, sehingga seharusnya memiliki etos kerja terbaik, kerja keras, dan ikhlas adalah salah satu ciri etos kerja islam. orang islam sebagai ummat terbaik harusnya berada di depan dan menjadi suri tauladan ummat-ummat yang lain.

  8. andri says:

    saya minta tolong buatkan hadists tentang etos kerja yang menyangkut tentang pekerjaan yang paling baik adalah jerih payah sendiri.

  9. akmal says:

    puaaaaaaaaas banget!!!!!
    jadi bisa ngerjain tugas dengan nyaman…

  10. Alwyn says:

    tolong donk,,, coba kalau ada tampilkan contoh film mengenai etos kerja islam……
    thx be 4!!!!!

  11. Editor says:

    Waah mengenai film, mudah-mudahan nanti ada ya saya blom ketemu.

  12. kenzhu says:

    tolong cantumkan dengan ayat dan hadist

  13. Ping-balik: Menggapai Enterpreuner Islami Dengan Etos Kerja yang Tinggi « Mujahidin_imeis Blog

  14. bluzz_time says:

    mantab ..
    ak copas ya buat tugas makalah …

  15. wendy says:

    yang penting baca “bismillah”

  16. rizki muharam says:

    kayaknya etos kerja dapat jadi judul makalah aqw unkk……………………………………….

  17. sip says:

    sip dah, . .
    mnta ijin copy gan, buat kerjain tugas agama,

  18. Ping-balik: Etos Kerja Muslim | Gak Kuliah Gak Kiamat | Sukses Dunia Akhirat |

  19. upay says:

    great and nice…

  20. Ping-balik: Etos Kerja Menurut Pandangan Islam | Rizkaindah.com

  21. Ping-balik: Makalah Kebudayaan « nofiputriaw

Tinggalkan Balasan ke Endy Fatah Joesoef Batalkan balasan